Minggu, 22 Juli 2012

[FANFICTION] Hug Me Again Part 3



Part 3
"setidaknya kau bisa mengambil 1 tapi jangan semuanya. Itu terlalu menyakitkan. Terlalu egois"kata mei meninggalkan hera sendiri.
"apa aku salah?"teriak hera dengan wajah pucat.
"tidak, aku yang salah"kata mei tersenyum dan meninggalkan hera begitu saja.
Hera benar-benar bingung dengan sikap mei. Ia terus saja bertanya-tanya apa maksud perkataan mei.
Dibelakang panggung pasangan wanita berkumpul di sebelah kanan. Mei berdiri dengan nomor urut 3  sedangkan mei dengan nomor urut 5.
"maafkan aku"kata hera.
"tidak usah minta maaf. Kau tak punya salah"
hera baru akan berbicara tapi miss ann telah menyuruh mereka naik ke panggung. Saat tirai di buka jini terkejut dikala mei dan yonggi berpasangan.
'apa ? Ini benar-benar penghinaan! Mereka berpasangan lagi!miss ann telah berjanji akan mempasangkanku di panggung apapun yang terjadi tapi...lihat saja akan ku balas kalian nanti'kata jini dalam hati yang berdiri tak jauh dari mei.
Yonggi pun terkejut karna ia berpasangan dengan mei.
Hera hanya terlihat murung melihat mei dan yonggi yang saling bertatapan. Rian yang tadinya senang saat berpasangan dengan hera berubah ketika melihat ekspresi hera yang berubah .
Dansa bersama dimulai. Beberapa saat pasangan-pasangan akan berdansa secara terpisah jini memulai dansanya dengan orang yang tak ia harapkan dengan jion yang berpenampilan standar. Semua orang yang melihat menertawakannya karna memelih pasangan yang begitu jauh dari levelnya.
"kau tau dulu dia menolak yonggi mentah-mentah , kau lihat sekarang ? Dia sangat menyedihkan"kata salah satu penonton.
Jini bahkan terjatuh karna jion menginjak bajunya yang panjang dan membuat penonton tertawa terbahak-bahak.
Tiba giliran mei dan yonggi. Yonggi menarik mei sehingga sekarang dalam posisi memeluknya.
Mei yang biasanya protes hari ini berubah , malah ia yang selalu menatap tajam ke mata yonggi sampai membuat yonggi sedikit salah tingkah. Tari mereka berhenti hingga mei memeluk kepala yonggi. Semua orang di ruangan itu bertepuk tangan dengan meriah. Mei masi dalam posisi memeluk yonggi dan menghadap ke arah penonton tampak sesosok wanita tersenyum lebar kepada mei.
"bibi nam, hah?itu benar-benar bibi nam"kata mei.
Yonggi seperti terkejut mendengar nama tersebut.
Setelah semuanya tampil saat pengumuman dan ternyata mei dan yonggi mendapat polling paling banyak dari para penonton. Mei senang bukan kepayang sampai tak sadar mengenggam tangan yonggi dan memeluknya. Yonggi keheranan tapi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yonggi pun dengan senang hati memeluk mei.
Mimik wajah yonggi berubah seketika , disaat bibi nam naik menyerahkan bunga. Wajahnya terlihat penuh kemarahan yang mendalam.
Saat bibi nam memberikan bunga yonggi hanya diam tanpa mengabaikannya. Dengan sigap mei mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Yonggi turun dari panggung beberapa saat waktu mei diberi bunga.
"bibi semakin cantik"
"benarkah?"
mei mengangguk.
Sepulang dari acara, mei berjalan sendiri keluar dari sekolah, baru saja hera akan menghampirinya. Mobil mewah berhenti tepat dihadapan mei.
"nona, silahkan masuk"
"kau?..."
mei dipaksa masuk kedalam mobil.
"ayah"
"apa kau masih menganggapku ayah sekarang?setelah pergi dari rumah hingga pergi jauh sejauh ini?"
"ayah"kata mei dengan penuh penyesalan.
Hera yang khawatir segera mendekati mobil namun mobil tersebut telah pergi.
"bagaimana kabar mama? Apa dia sehat?"
"dia hampir mati. Kau tau?"
mei menggelengkan kepalanya.
"pulanglah dengan ayah!"
mei menggelangkan kepalanya.
Ayahnya terus saja memaksa tapi mei bersikukuh tak ingin pulang.
Sesampainya di suatu rumah. Mei dan ayahnya turun dari mobil. Ayahnya memasuki rumah tersebut tapi mei malah berhenti dan duduk di taman depan rumah tersebut.
Mei di kawal oleh beberapa asisten dan sekertaris ayahnya.
"non, pulanglah. Ibumu sudah banyak menderita karna kau pergi"
hati mei bimbang entah mengapa mei tak ingin meninggalkan rumah yonggi begitu saja.
"kau pulang?atau ku ratakan rumah pamanmu itu dengan tanah!"
"apa?"
"kali ini ayah tidak main-main!"
"ayah, berikan aku waktu!"teriak mei dari luar dan hendak pergi.
"jika kau berusaha untuk kabur lagi! Maka ibumu juga akaaan...."
"ayah!"teriak mei.
"baiklah, mei pulang! Dengan syarat....."
waktu mei hanya 2 hari untuk berfikir.
Mei pun di ijinkan pulang oleh ayahnya. Mei diantar oleh sekertaris ayahnya.
"ahh...aku menunggu hingga kepanasan!kelaparan!kehausan!kau malah pulang dengan orang lain naik mobil mewah!"omel yonggi.
Mei tak peduli dan masuk ke kamarnya. Ia berteriak seperti orang gila dan membuat yonggi panik.

Yonggi ingin membuka kamar mei tapi mei telah menguncinya bahkan menganjalnya dengan sofa di kamarnya. Ia duduk di dekat kasurnya dan menangis memukul-mukul dadanya bahkan memarahi dirinya sendiri karna terlalu mudah untuk menangis.
Karena yonggi terlalu panik ia sampai memanjat ke jendela mei yang terbuka. Saat berhasil masuk mei teridur dengan mata yang bengkak dengan pipi yang masih basah. Ia memeluk kakinya dan tertidur dengan lelap.
Tangannya terlepas dan terhempas kelantai dan tubuhnya pun mulai terjatuh dengan cepat yonggi duduk disampingnya dan kepala mei jatuh tepat di pahanya.
Yonggi merapikan rambutnya mei yang menutupi wajahnya. Ia menepihkan wajah mei yang masih lembab dengan tangannya. Saat melihat tangan mei ia mengenggamnya.
"kau Selalu terlihat tegar, tapi sesungguhnya kau sangat lemah dan rapuh, mei"
entah kenapa tangan mei langsung spontan mengenggam kembali tangan yonggi.
Mei terbangun beberapa saat melihat tangannya berpengangan dengan yonggi dan melihat keatas yonggi telah tertidur tetapi belum lama yonggi terbangun dan mei secepatnya pura-pura kembali tertidur.
Yonggi segera bangun dan pelan-pelan melepas tangannya dari mei dan meletakkan kepala mei dilantai dengan sangat hati-hati karna takut mei terbangun.
Ia pun keluar dari kamar mei dengan pelan-pelan.
Saat yonggi keluar mei tersenyum melihat kearah yonggi.
Mei bangun dan duduk diam di atas sofanya. Pikirannya melayang-layang entah kemana.
Beberapa jam kemudian yonggi masuk kekamar mei dan meletakkan mie kehadapan mei.
"makanlah"
mei hanya memandanginya. Yonggi pun memutuskan untuk meninggalkan mei sendirian. Mei mengunci kamarnya dan berbaring kembali di kasurnya tanpa menyentuh sedikit pun makanan dari yonggi.
Tak lama kemudian terdengar suara rian yang menggedor-gedor pintu mei.
"aku ingin sendiri ku mohon!"kata mei dengan nada melemah akibat terus meneteskan airmata.
Karna tak ingin terdengar bahwa ia sedang menangis. Ia membuka mie mentah yang sengaja diletakkan didekat makanan mei.
Mei menyumbat mulutnya dengan mie itu.
"ku mohon"
airmatanya semakin deras mengalir.
"mengapa aku begitu egois?mengapa?"
mei terus saja bertanya-tanya pada dirinya. Ada apa dengan dirinya sambil terus memakan mie tersebut.
Rian dan yonggi tertidur didepan pintu kamar mei semalaman, mei hendak membuka pintu tapi saat melihat yonggi dan rian ia menutupnya kembali.
Seharian itu mei tak keluar, tak makan apapun dan minum sama sekali.
Rian dan yonggi sangat khawatir dan akhirnya mereka memutuskan untuk mendobrak pintu mei. Mei telah terkapar pucat dilantai dengan mata yang bengkak dan terus saja memanggil ibunya dengan memegang handphonenya.
"mama"
rian mengangkatnya ke kasurnya dan menyelimutinya sedangkan yonggi mengambil handphone mei yang jatuh dilantai.
Mei sangat drop karna mellihat video keadaan ibunya sekarang yang dikirimkan oleh sekertaris ayahnya.
Rian dan yonggi memaksanya makan tapi mei sama sekali tidak mau  menyentuh makanannya sedikitpun.
Rian pergi tanpa berkata-kata entah kemana, sedangkan yonggi turun untuk ke dapur mengambil es batu untuk mengkompres mei.
Beberapa jam karna kelelahan yonggi tertidur di sofa kamar mei.
Mei bangun dengan wajah pucat. Ia berjalan dan duduk di sofa tepat disampaing yonggi, ia menyandarkan kepalanya dan menutup matanya.
Ia pun memeluk yonggi.
"sebentar saja"katanya lemah.
Yonggi terbangun, mei telah di pelukannya. Ia hanya tersenyum dan kembali menutup matanya.
yonggi masih tertidur di sofa di kamar mei. Ia telah menjaga mei beberapa hari ini, saat terbangun mei tak ada di kasur. Yonggi panik dan segera mencari mei. Saat menengok ke teras yonggi melihat mei telah berjalan di pinggir pantai sendirian.
Mei berjalan tanpa arah dan tanpa menyadari bahwa rian berdiri di depannya.
"apa kau baik-baik saja ?"sapa rian.
Mei hanya berjalan dengan tatapan kosong.
Rian menarik tangannya ia hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
Mei menghela nafas da melanjutkan berjalan.
Sekali lagi rian menariknya dan memeluknya.
Mei hanya terdiam.
Rian mengajak mei untuk duduk dahulu.
Rian mengeluarkan handphonenya dan memutar video.
'mei, ini mama. Apa kau sehat sekarang?'terdengar suara yang langsung membuat mei tersentak.
"mama"
"mei kenapa wajahmu pucat? Apa kau sakit ?"
mei menggelengkan kepalanya dengan airmata di pipinya.
"kenapa kau menangis?apa kau dicampakkan lelaki yg kau sukai?"
Lagilagi mei menggelengkan kepalanya.
"jadi ada apa ?"
"aku....."
"jangan bilang kau merindukan ibumu yang tak berguna ini."
mei hanya menangis dan tak mampu berkata banyak.
"berhentilah menangis, kau jelek jika sedang menangis"
mei menepiskan airmatanya.
"aku mencintaimu,mei sayang. Ibu harus pergi sekarang. Jangan khawatirkan ibu . Kau lihat ibu , ibu baikbaik saja kan."
mama mei langsung mematikan telpon video tersebut.
"mama"
mei menjatuhkan badannya berbaring di pasir pantai.
Yonggi yang tak kuasa melihat mei hendak menghampirinya namun di halang oleh rian.
"biarkan dia sendiri dulu, dia akan tersenyum sebentar lagi"
yonggi pun mau mengikuti saran rian.
"aku pulang dulu, ku ingatkan cukup awasi dari kejauhan saja jangan menganggunya. Meski dia berteriak atau apa biarkan saja. Jika kau menganggunya dia pasti kembali sedih. Jika menghadapinya jangan memarahinya, atau mengkritiknya cukup ikuti saja apa maunya dan diam"
yonggi mengangguk. Rian pergi.
Yonggi awalnya hanya mengawasinya dari teras tapi karna khawatir ia pun memutuskan untuk turun ke bawah.
Saat melewati meja makan ia melihat makanan diatas meja.
"siapa yang memasaknya?"
jam sudah menujukkan pukul 12 siang lewat mei tak kunjung pulang juga.
Yonggi duduk sambil memantau keadaan mei yang sekarang duduk mengarah kepantai dengan tatapan aneh. Langit mendung yonggi mulai khawatir hujan akan turun. Kekhawatiran yonggi terjadi yonggi segera berlari kearah mei membawakannya payung.
Saat itu mei sedang duduk di kursi dekat pantai.
Yonggi berdiri tepat di belakangnya dengan payung yang menutupi mei, sedangkan yonggi terkena hujan.
Yonggi terlihat telah basah kuyup dan kedinginan kakinya pun mulai lemas berdiri terus menerus apalagi sejak pagi ia belum makan apapun kecuali susu yang selalu ia minum setiap paginya.
Langit mulai cerah kembali. Mei hanya duduk, diam, melamun dan tak menyadari bahwa yonggi berdiri lama di belakangnya.
Bahkan mei tak menyadari bahwa tadi hujan. Saat pelangi muncul mei tersenyum dan bangkit dari tempat duduknya dan segera berlari kearah rumah. Yonggi tersenyum dengan wajah pucat.
Menyusul mei berjalan di belakangnya.
Saat yonggi melewati dapur.
"kenapa kau basah? Padahalkan kau membawa payung? Dasar bodoh"tanya mei.
"apa kau sakit? Oia . Tadi hujan ya?"tambah mei dengan menggaruk-garuk kepalanya.
Yonggi hanya tersenyum.
"kau mulai lagikan tersenyum bodoh seperti itu?oia kenapa kau tak memakan sop ayam ini?padahalkan aku telah memasakkannya untukmu"
"aku akan memakannya"kata yonggi dan duduk di meja makan.
"kau tak mengganti bajumu?"
"aku akan makan dulu setelah itu aku akan mengganti pakaian ku"
"terserahmu saja. Apa kau mau sopnya dihangatkan dulu?"
mei menghangatkan supnya sementara yonggi mengeringkan badannya dengan handuk.
Esok harinya.
"apa kau baik-baik saja"tanya mei.
"ya, aku baik-baik saja"
"kalau begitu kita berangkat kesekolah sekarang saja"
mereka pun berangkat kesekolah bersama.

Sesampainya di sekolah saat istirahat mei berjalan-jalan sendiri. Ia melewati papan pengumuman sekolah terliat  foto mei terpampang disana.
"wanita kotor?apa?"
belum selesai mei membacanya , seseorang tiba-tiba datang dan berteriak "dia ada disini"
saat mei berbalik semua orang mengerumuninya seseorang memeluknya tepat di saat lemparan tomat dan telur menghujam.
Mei tampak ketakutan dan menutup matanya.
Lemparan berhenti saat mereka yang mereka lempar adalah yonggi idola mereka sendiri.
"kenapa berhenti?apa segini saja?"teriak yonggi yang membuat semua orang terdiam.
'kau...'kata mei dalam hati.
"memangnya kenapa kalau dia tinggal bersama ku? Kenapa? Apa ada yang salah? Memangnya kenapa kalau kami hanya berdua saja dalam satu rumah? Apa hak kalian mengatur siapa saja yang tinggal denganku? Apa hak kalian mau ikut campur apapun yang kulakukan? Hah? Wanita kotor? Kalian yang seharusnya merasa kotor dengan sifat kalian."
semua orang terdiam.
"bubar sekarang. Kubilang bubaaaaaar!"teriak yonggi.
Mei hanya terdiam terkejut melihat yonggi.
Jini yang melihatnya dari lantai atas hanya kesal karna yonggi datang membela mei.
Yonggi menarik mei ke wc.
"bersihkan badanmu"
"aku tidak kotor, kau yang kotor sekarang."
"tapi tanganmu kotor"
mei menangis lagi. Matanya terlihat menahan airmatanya.
Yonggi pura-pura tak melihatnya dan membersihkan jasnya dari kotoran.
Mereka duduk dilantai atas sekolah mereka.
"masuklah kekelas aku akan mengeringkan bajuku dulu"
mei menggelengkan kepalanya. Yonggi menghela nafas.
"aku akan disini saja"kata mei yang terlihat menahan kesedihannya.
Mereka berdua memutuskan untuk tidak masuk pelajaran terakhir.
Saat bel pulang mereka pun hendak turun dan pulang ke rumah.
"apa pintunya rusak?"kata mei.
"apa?"
yonggi langsung menuju kedepan pintu. Pintunya terkunci dan susah di dobrak karna pintu ini terbuat dari besi.
"handphoneku dikelas, bagaimana menghubungi hera atau rian"kata mei.
Yonggi berlari kembali keatas tapi sekolah sudah sepi bahkan pagar sekolah sudah terkunci.
"terpaksa kita menunggu sampai besok"
"apa?"kata mei terduduk didepan pintu.
Hari sudah malam yonggi pingsan di samping tangga, mei kaget.
"kau jangan bercanda. Yonggi...yonggi...yonggi"
saat memegang badan yonggi panas dengan wajahnya yang pucat.
Mei panik, ia terus saja berteriak dan memukul-mukul pintu.
"apa ada orang diluar?ku mohon apa ada yang mendengarku?"
tadinya mei tak ingin menangis lagi tapi saat melihat keadaan yonggi airmata mei tak tertahan lagi. Mei semakin berteriak sampai suaranya serak.
"kumohon bukala, ku mohoooon"
wajah yonggi semakin pucat, badannya panas tapi yonggi terlihat sangat kedinginan.
Mei membuka jas sekolahnya dan memakaikannya ketubuh yonggi. Ia sandarkan kepala yonggi di bahunya. Ia bahkan terus saja menggosok tangan yonggi agar tetap hangat. Badannya semakin panas mei pun memeluk yonggi dengan erat agar yonggi merasa tak kedinginan lagi.
Dengan jari tangan mereka yang saling melekat.

Yonggi terbangun, ia hanya memandangi mei yang tidur disampingnya dengan memeluk kakinya sendiri. Yonggi memakaikan jas ke badan mei.
Dengan wajah yang masih pucat yonggi langsung naik kelantai atas berharap ada petugas sekolah yang telah datang.
Yonggi berteriak sekeras-kerasnya berharap akan ada yang mendengarnya.
Hera yang selalu turun pagi kesekolah melihat yonggi dengan wajah pucat melambaikan tangannya.
Tak berapa menit kemudian yonggi terjatuh lemas kelantai.
Mei terbangun dan tersadar sesaat seseorang terdengar memukuli pintu tersebut.
"miriii, apa kau ada di dalam ?jawab aku"terdengar suara hera.
"hera.. Itu hera... Heraaaaaa"teriak mei.
"tunggu sebentar aku akan memanggilkan seseorang untuk membuka pintu ini.
Mei tersadar yonggi tidak ada didekatnya. Ia segara naik dan memastikan.
"yonggi"katanya berlari kearah yonggi.
"yonggi ku mohon....jawab aku?apa kau baik-baik saja"kata mei sambil menepiskan wajah yonggi dan menggoncang tubuh yonggi.
"ada apa ini?kenapa wajahmu semakin pucat?jangan membuatku takut. Ku mohon bangunlah"
yonggi membuka matanya , yonggi tak mampu untuk berbicara lagi, tersenyum pada mei pun sangat berat baginya.
Mata mei berkaca-kaca. Ia terus saja berteriak agar segera membuka kan pintu.
Hera berhasil membukanya, mereka pun segera membawa yonggi ke rumah sakit.
"dia mengalami gejala hipotermia"kata dokter saat ke luar dari ruang igd.
Tanpa berkata-kata tubuh mei tiba-tiba lemah, ia terjatuh.
"semuanya terjadi karnaku"kata mei sambil memukul dadanya sendiri.
'dadaku begitu sesak, aku tak tau rasa sakit apa yang sedang ku rasakan. Ini benar-benar sakit'kata mei dalam hatinya.
Hera menangis mengetahui keadaan yonggi , mereka pun saling berpelukan, mei berusaha untuk menahan airmatanya. Ia mencoba tegar. Rian datang, mei berharap rian akan datang dan memeluk mei tapi ia malah memeluk hera dan bertanya ia baik-baik saja.
Sedangkan mei hanya terdiam dan tak percaya yang barusan yang ia lihat.
"kau tak apa kan ?"tanya yonggi pada mei.
Mei diam , ia seakan tak mendengar kata-kata itu.
Rian mendekatinya mei malah pergi , tapi belum berapa lama pintu terbuka. Dan mei mendengar suara dokter mei menghentikan langkahnya. Ia segera kembali .
"apa dia baik-baik saja?"tanya mei yang berjalan cepat ke arah dokter.
Mei memasuki ruangan ICU.
*follback
"dia sepertinya terkena hiportemia, suhu badannya sudah tidak wajar lagi. Sementara ini dia masih belum sadarkan diri. Ini sangat diluar perkiraan kami"kata dokternya meninggalkan mereka.

Jini datang dan mengacaukan semuanya, jini menarik mei ke luar ruangan dan memakinya habis-habisan.
"apa kau puas membuatnya seperti ini?"teriak jini membentak mei.
Mei hanya tertunduk tanpa kata. Jini menaikkan wajah mei dengan kasar. Mei sama sekali tak melawannya karna ia menyadari bahwa ia telah salah.
"kenapa kau diam? Apa kau bisu? Karnamu yonggi seperti ini sekarang, kau membuatnya kehujanan seharian, apa kau itu bodoh! Kau hanya diam terlindungi sedangkan dia berdiri memakaikan payung di Dikepalamu"kata jini penuh emosi.
*flasback
saat mei sedang duduk diam di tengah hujan yonggi berdiri di belakangnya dengan memegang payung tanpa mempedulikan dirinya telah basah kuyup, jini melihatnya dari mobilnya. Saat itu jini sangat emosi mengapa yonggi sampai sebodoh itu, maka dari itu esoknya ia berniat membalas mei tapi malah yonggi yang kena.
Ia malah menyalahkan yonggi dengan kejadian itu.

Jini pergi setelah melampiaskan kemarahannya pada mei. Mei terhempas, ia seperti jatuh dari gedung yang sangat tinggi , seluruh badannya remuk. Tangisnya pecah setelah tau semua kejadian itu karna yonggi melindunginya.
"semuanya salahku..."
hera datang dan sedih melihat mei. Rian segera mendekatinya. Rian hendak memeluk mei, mei melepasnya dan pergi.
"aku tak pantas menungguimu..!semuanya salahku!"
mei berlari sekencangnya bahkan ia sampai terjatuh.
*flashback
saat yonggi pulang basah kuyup dengan payung ditangannya mei malah mengira ia habis main hujan.

"kenapa aku tak menyadarinya? Kenapa kau begitu bodoh?"teriak mei yang membuat para pejalan kaki heran.
Beberapa hari telah berlalu, yonggi telah sadar dan paman dan mei-cilik telah pulang berlibur. Hera selalu membujuk mei untuk menjenguk yonggi sepulang sekolah tapi mei selalu menolak dengan alasan tak ingin mengulang kesalahan bodohnya untuk kedua kalinya. Di sekolah mei sangat terpojokkan oleh berita tentang kesalahannya. Wanita pengagum yonggi pun selalu menghujat dan menerornya. Bahkan sekarang pun mei mulai menjauhi hera dan rian , iya tak mau kejadian buruk terjadi pada hera dan rian seperti yang dialami yonggi.
Mei langsung pergi berjalan kearah rumah, ia  pun duduk berdiam diri di kamar yonggi.
Saat itu seseorang terdengar membuka pintu, ternyata yonggi yang telah keluar dari rumah sakit. Ia duduk di atas kursi roda karna fisiknya yang terbilang masih lemah. Mei yang tersadar langsung saja berdiri dan hendak meninggalkan kamar yonggi dengan sigap yonggi menari tangan mei dan memegangnya sangat erat. Mei berusaha melepasnya tapi ia tak juga bisa, ia malah menjatuhkan badannya kelantai.
"kenapa kau tak pernah menjengukku sama sekali? Apa kau..."
mei menangis, yonggi berhenti bicara.
Yonggi menarik mei untuk duduk diiatas kasur dan bertatapan langsung dengan yonggi.
Yonggi memeluknya agar mei merasa tenang. Mei melepas pelukannya ia malah memukul yonggi berkali-kali, memukul lagi dan lagi.
"hei ada apa denganmu?"
mei terus saja memukulnya.
Yonggi menangkap tangan mei.
"kau pikir ini tidak sakit apa?"
mei memukul yonggi lagi dan kali ini yonggi menahannya dengan kuat sehingga seolah-olah mei mencium pipi yonggi.
Suasana berubah~~~
"hei... Kenapa kau menciumku lagi?"kata yonggi.
"apa?"kata mei dengan wajah memerah.
"lagi?kapan aku menciummu hah?"sambung mei sambil menghela nafas panjang.
"waktu itu?yang...."
"hahhhhh"potong mei
"kau yang duluan, kau tau? Gara-gara kau ciuman pertamaku tidak mengesankan sama sekali! Yang ku harapkan itu bukan kau"
"apa apa? Kau pikir aku mau kau menjadi ciuman pertamaku?
"apa? Pertama? Jangan merendah kau sudah mencium 1,2,3atau 20 atau..."

mata mei terbelalak, perasaannya tak karuan.
'dia melakukannya lagi, dan perasaan ini lagi'kata mei dalam hati.
"sekarang ini yang kedua kan,mei?"kata yonggi.
Mei hanya terpaku seperti orang bodoh tanpa ada perlawanan sama sekali.
"mengapa kakak hanya berdiri disini, apa kak miri ada didalam"terdengar suara mei-cilik.
Hera menyuruh mei-cilik untuk memelankan suaranya.
Mei terkaget dan segera keluar dari kamar yonggi dengan wajah yang merah.
"kak,,,"teriak mei-cilik yang tak di hiraukan.
Terlihat yonggi sedang mengelus dadanya dengan wajah yang sangat berseri dengan menarik nafas panjang.
'dia terlihat begitu bahagia, aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat tadi'kata hera dalam hati.

Mei masih tak percaya yonggi menciumnya lagi.
"hah!apa yang kulakukan! Mengapa aku membiarkannya menciumku lagi?haaaaah"kata mei di balik pintu kamarnya. Mei begitu tak tenang, ia sampai tak bisa istirahat karna selalu terbayang dengan kejadian siang tadi.
Ia terus saja menutupi wajahnya yang terus saja memerah.
*esok harinya
mei bersiap berangkat ke sekolah saat membuka pintu yonggi berdiri di dekat pintu kamar mei dengan sigap mei kembali masuk ke kamarnya.
"kenapa dia mesti ada di depan sana?aaaaah"keluh mei.
Mei-cilik mulai berteriak memanggil mei.
"kak.. Apa kau sudah selesai?"
"baiklah sebentar lagi aku turun"
mei menarik napas panjang dan membuka pintunya dengan pelan tapi naas yonggi telah berdiri di depan pintu.
"ada apa ? Apa ada barang yang kau cari?"
"ahhh"
wajah mei berubah, ia seperti akan tertelan sebentar lagi.
"ahh, kancing baju"
"kancing bajumu terjatuh?"
mei segera mengangguk dan berpura-pura mencari.
"tapi bukankah hari memakai baju olah raga ? Sejak kapan baju olahraga ada kancingnya?"
mei memegang dan melihat bajunya.
'ahhh, kenapa aku sebodoh ini?'kata mei dalam hati.
"paman telah menunggu aku harus ke bawah segera"alasan mei. Mei segera turun ke lantai bawah dengan cepat.
"kenapa wajah kakak semerah itu? Kakak juga berkeringat, apa kakak sedang berolahraga?"tanya mei-cilik.
"apa?"kata mei memegang wajahnya.
Dilain tempat yonggi turun dan tersenyum bodoh mendengar ucapan mei-cilik.
Yonggi duduk tepat dihadapan mei, mei hanya tunduk.
'bahkan makan pun aku susah untuk konsentrasi'kata mei dalam hati.
Paman hanya tersenyum melihat sikap mei yang tidak seperti biasanya, memarahi yonggi jika menatapnya sambil tersenyum, mei malah tunduk dan hanya diam.
"apa kalian ada masalah ? Jangan hanya berdiam diri. Miri jika tak menyukainya terus terang saja"
"tidak paman, tidak seperti itu. Aku baikbaik saja."
yonggi tertawa.
Mei yang mulai merasa semakin canggung segera mengambil tasnya dan hendak barangkat duluan.
Yonggi segera menyusul mei yang berjalan semakin cepat. Sekarang yonggi berjalan tepat disamping mei. Mei hanya bersikap seakan-akan mereka tak mengenal satu sama lain.

Sesampai tempat biasa mereka berpisah.
"kau jalan duluan"ucap mei.
"baik lah"kata yonggi berjalan ke arah mei.
Tangan yonggi malah menarik tangan mei dan mengaitkan di selasela jarinya dan menggenggamnya dengan kuat.
Mei melihat tangannya telah berpengangan.
"apa yang kau lakukan ahhh"
yonggi hanya terus menarik tangan mei.
Sampai di gerbang sekolah jelas saja mei dan yonggi menjadi pusat perhatian semua orang.
"bukankah dia yang mencelakakan kakak yonggi kenapa masih mau menggandengnya?apa mereka punya hubungan?"kata seseorang cewek dengan seorang temannya.
Yonggi yang mendengar perkataannya datang dan menghampirinya.
"dia...."ucap yonggi sambil melihat ke arah mei yang menunduk.
"pacarku sekarang"tambahnya.
Mei sentak terkaget. Dan bilang kalau mereka tidak ada hubungan apa-apa.
Yonggi lalu menarik mei kekelas. Cewek tadi menangis dan ada pula bersedih dengan cepat berita tersebut tersiar keseluruh sekolah. Dan yang terjadi semua fansfans yonggi malah tambah memebenci mei dan bahkan mengancam akan menghujat mei.
"kau tau semua orang membenciku sekarang!"
"bukankah dari dulu?"
"apa?hah. Kau benar-benar"kata mei menginjak kaki yonggi dan meninggalkannya begitu saja.
Keluar dari kelas mei terkejut.
"sekertaris..ada apa?"
mei pun segera ikut dengan sekertaris ayahnya tersebut.
"ayah, aku sepertinya akan tinggal beberapa lagi disini. Apa ayah mengizinkannya?"
"apa maksudmu! Bukankah kau sudah berjanji hanya seminggu? Sudah hampir sebulan kau bahkan tidak datang menemui ayah"
"maap, tapi ku mohon biarkan aku menyelesaikan sekolahku. Aku ingin lulus di sekolah ini. Hanya beberapa bulan setelah itu aku berjanji akan pulang"kata mei memohon kepada ayahnya.
"ayah akan memikirkannya"
setelah ayahnya pergi mei kembali kekelas untuk melanjutkan pelajaran.
"apa kau benar dengannya?"
"hera! Kau mengagetkanku! Sudah ku bilang jangan dekat denganku. Apa kau mau mereka juga membencimu?"
"sudahlah itu tidak penting, aku sudah bilang kalau aku akan tetap menjadi temanmu"
"heraaaa.."
"sudahlah, jelaskan tentang hubunganmu?"
"apa yang kau maksud yonggi?"
mei menjelaskan semuanya pada hera termasuk tentang siapa ia sebenarnya, keluarganya dan jati dirinya sendiri.
"aku tak ingin berbohong lagi, yonggi bukan saudara sepupuku. Kami bahkan takn ada hubungan keluarga sedikitpun seperti yang ku bilang waktu itu. Aku dan dia hanya kawan biasa tak lebih."
mei juga menjelaskan ia tak akan merebut yonggi darinya. Hera malah memeluk mei.
"kau menjadi temanku itu sudah cukup untukku, mei"
mei tersenyum.
"ya , mei. Aku bukan miri"
hera mengangguk dan menepuk pundak mei.

Tepat esok hari ulang tahun rian dan tepatnya juga ulang tahun mei. Mei berencana akan merayakannya bersama rian seperti yang biasa ia lakukan.
Ia meninggalkan rumah sejak sore hari, ia sibuk mempersiapkan acara nanti malam bersama rian.

Saat ini telah pukul 11 malam mei sudah menunggu rian selama 2 jam.
"Aku sudah meninggalkan pesan padanya apa dia benar-benar tidak membaca pesanku dari tadi?"omel mei.

Mei mengambil handphonenya dan menelpon rian.
"nomor yg anda tuju sedang tidak aktif, setelah nada berikut silahkan tinggalkan pesan"
"rian, kau ingatkan hari ini? Aku menunggumu di pantai dekat rumahku"kata mei dan mematikan handphonenya.
Mei terus saja menghela nafas panjang dan memandangi kue serta handphonenya.
"ahh, aku sudah 18 tahun, kau tau kan? Aku tak merayakan ulang tahun ke 17 ku itu karna kau tak ada! Apa aku juga harus melewatkan ulang tahun ke 18ku?"
jam hampir menunjukkan pukul 12 malam tapi rian tak juga datang menemuinya. Mei pun memutuskan untuk menyusul rian ke rumahnya.
Di sebuah cafe ia melihat sosok rian sedang tertawa lepas dengan sosok perempuan yang tak asing bagi mei.
"hera.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar