Minggu, 22 Juli 2012

[FANFICTION]Hug Me Again Part 4


Part 4

mei mendekat ke kaca cafe tersebut. Berdiri di hadapan rian dan hera yang tak menyadari kehadiran mei.
'dadaku serasa susah untuk mendapatkan oksigen, aku merasa oksigen telah lari dan tak rela aku menghirupnya.'
"ri...aa..n"kata mei dengan suara bergetar saat rian berlutut dihadapan hera.
Kue yang dipegangnya seakan tak mampu ditahannya lagi, kue itu hancur dan terjatuh ketanah sehancur perasaan mei saat itu.
Hujan pun mulai turun dengan tiba-tiba membasahi seluruh tubuh mei dengan seketika.
'entahlah perasaan apa yang ku rasakan. Yang jelas kekecewaan itu sangat jelas kurasakan'
seseoran menarik dan melindungi kepala dengan sesuatu. Orang itu menarik mei sampai mendekap dipelukannya.
'ada perasaan yang sangat damai kurasakan'
yonggi memeluknya dengan erat agar mei tak merasa kedinginan.
Yonggi hendak melepaskan pelukannya dan segara berteduh.
Untuk pertama kalinya mei membalas pelukan yonggi dengan hangat. Yonggi terkejut. 'pertanda apa ini?'
semakin lama mei semakin memeluknya dengan erat.
"terima kasih... Terima kasih... Terima kasiiih.."kata mei terbata-bata.

Mei terduduk diam di teras rumah.
"apa kakak sedang putus cinta?"
pertanyaan itu membuat mei terkejut.
"apa?"
"kau bisa mengatakannya padaku, aku akan memberimu solusi terbaik?"kata mei-cilik dengan sombongnya.
"benarkah?"kata mei sambil tertawa kecil.
Mei-cilik mengangguk dengan wajahnya yang semakin serius.
"jelaskan apa kau ditolak karna ada wanita lain yang disukainya?"
"apa kau peramal?"
"sebaiknya kakak melihat seseorang yang sama posisinya dengan kakak?"
"apa maksudmu mungkin ada seseorang yang menungguku juga?"
"tepat sekali"
"jangan bercanda"
"mungkin lebih baik habis waktu saja dengan seseorang yang bisa membuat hatimu itu damai."
mei malah terdiam mendengarkan ucapan anak kecil yang mungkin belum merasakan halhal tentang perasaan cinta.
"pikirkanlah karena sekarang malam sudah terlalu larut bagi anak kecil sepertiku, jangan bilang ya kepada ayah kalau aku belum tidur jam segini"
mei hanya mengangguk.
"mengapa anak kecil saja memahami sampai sejauh itu? Mengapa aku sama sekali tak pernah berfikir untuk bersikap lebih dewasa? Yang ku fikirkan hanya tak ada satu pun yang boleh merebut rian dariku, ahh ada apa denganku?"keluh mei sambil memukul dadanya sendiri. 

Alarm pagi berbunyi mei bangun dan mematikannya.
"huaaaah..kenapa matahari muncul secapat ini?"
mei berjalan ke depan pintu kamarnya dan...
"hyuiiiiiit"bunyi terompet.
"selamat ulang tahuuuuun"
mei terdiam terharu, matanya berkaca-kaca.
"terima kasih... Paman, mei"
yonggi menunjuk dirinya sendiri. Mei hanya cuek dan ikut keruang makan bersama paman dan mei-cilik.
"ada apa dengannya kenapa begitu pelit?"
"kak apanya yang pelit , ayo cepat ke bawah"omel mei cilik sambil menyeret yonggi.
Saat yonggi turun mei telah duduk di meja makan dengan mata yang berair.
"kenapa kau menangis ini kan hari yang seharusnya kau berbahagia?"
"tidak paman, aku hanya terlalu bahagia, terus terang ini ulang tahun yg pertama yang dirayakan secara bersama-sama keluarga. Sejak aku berumur 7 tahun aku tak pernah lagi melihat kue dengan lilin yang banyak dan ucapan sekalipun dari ayahku sendiri."
"sudahlah jangan bersedih tidak baik dihari bahagia kau malah bersedih"kata paman yang memberi nasihat.
Mei berdiri dan beranjak dari temapt duduknya dan memeluk paman jason yang sedang sibuk menyiapkan makanan.
"terima kasih...paman terima kasih atas semuanya, terima kasih"
"sudah, paman sudah menganggap kau sebagai anak paman jadi jangan berterima kasih terlalu banyak"
"kak, bagaimana kalau hari ini kita bolos saja?"
"apa?"
"bolos sekolah?ayah bolehkan sehari saja. Aku ingin menghabiskan waktu dengan kak miri"
"kalau begitu aku juga bolos sekolah saja hari ini"kata yonggi.
"siapa yang mau mengajakmu?"kata mei-cilik dengan sinis.
"siapa bilang aku ingin ikut dengan kalian?"
"baiklah jika tidak itu terserahmu"
"paman mengizinkan tapi ingat hanya hari ini ya"
mereka mengangguk dan meneruskan makan.
"sup ayam buatan paman memang paling enak"puji mei.
"lebih enak dari yang kau buat"sambung yonggi.
"benarkah? Baguslah kalau kalian menyukainya"
"tapi kau menghabiskannya juga kan?"kata mei.
"itu terpaksa"kata yonggi sambil terawa~lucunya dari mana coba?

"bisa kah paman nanti mengajariku?"
"tentu saja"

setelah selesai makan mei dan mei-cilik pun bersiap untuk pergi.
"Kemana kita ?"tanya mei.
"ke kebun binatang"ucap mereka bersamaan.
Karna jawaban mereka serentak mereka pun saling terkejut dan tertawa bersama.
"apa kau membaca pikiranku?"tanya mei.
Mei-cilik hanya tertawa.
Saat tiba di kebun binatang mereka langsung berkeliling mengelilingi kebun binatang.
Saat mei-cilik akan memotret mei tiba-tiba yonggi muncul dan merangkul mei. 
*jpreeet*
yonggi tersenyum lebar dengan ekspresi begitu bahagia sedangkan Mei melihat ke sebelahnya dengan wajah terkejut.


"hsst"keluh mei sambil menendang kaki yonggi.
"ahh, sakit bodoh"
mei-cilik pun terlihat kesal dengan tingkah kakaknya. Mei pun dan mei-cilik meninggalkannya begitu saja.
Mei dan mei-cilik memasuki box funanimal dan tak di sangka saat akan berfoto bersama boneka jerapa , boneka favorit mei, yg memakai ternyata yonggi.
Mei dan mei-cilik agak kesal karna yonggi selalu mengikuti mereka  Tapi mereka akhirnya memutuskan untuk pergi bersama.
"ya sudah daripada kakak terus saja mengikuti kami lebih baik ikut saja"ucap mei-cilik dengan nada kesal.
Mereka bertiga pun menghabiskan waktu bersama hingga larut malam, di taxi mei-cilik sudah tertidur pulas di pundak mei dengan memeluk tangan mei dengan erat.
Saat setibanya di rumah mei segera mandi dan masuk ke kamarnya.
"kenapa jerapa ini terlihat besar dari sebelumnya?"
didekat jerapa itu terlihat fotonya dengan yonggi di kebun binatang.
"hhhhhh....yonggiiii!"gumam mei dengan wajah kesal membuka bingkai tersebut dan menukar fotonya kembali dengan rian dan meletakkannya dengan hati-hati sambil tersenyum lebar. Tetapi senyumnya berubah sekejap dengan ingatannya semalam. Mei dengan kesal menjatuhkannya begitu saja dan berbaring di kasurnya.
Mei mencoba memejamkan mata namun sulit untuk tertidur.
Esok harinya berjalan seperti biasanya, hari ini mei dan yonggi seperti biasa berangkat ke sekolah bersama. Saat perjalanan menuju kelas tak sengaja bertemu dengan hera, hera menyapa mei dan menanyakan mengapa mei kemarin tidak hadir ke sekolah.
"apa kau sakit?"
"tidak"
"apa ada masalah lain hingga kau tidak...."
"sudah ku bilang tidak ada yg terjadi"kata mei dengan keras dan kembali berjalan menaiki tangga meninggalkan hera.
Hera berfirasat ada sesuatu yg sedang disembunyikan oleh mei darinya.
Hera menghela nafas dan mengejar mei ke kelas.
Hera selalu perhatian dengan mei, tapi karna kejadian itu mei bersikap dingin pada hera dan bahkan rian.
Beberapa bulan kemudian tepatnya jatuh pada wisuda perpisahan sekolah.
Pagi ini mei telah menggunakan seragam yg rapi dan terlihat sangat manis.
"hari ini wajah kakak sangat bercahaya"puji mei-cilik.
"benarkah?"kata mei malu sambil memegang pipinya.
"kau terlalu berlebihan menurutku dia biasa saja."
"itu karna mata kakak saja yg tidak normal, :p" ejek mei-cilik.


Mei keluar dari ruangan dengan wajah bahagia sambil memegang bunga dari mei-cilik sebagai ucapan karna lulus dengan nilai yang terbaik.
"miriii ..."
mei menengok ke belakang hera langsung memeluknya.
Ekspresi wajah mei berubah buruk dan melepaskan pelukan hera. Hera terkejut.
"miri, selamat ya"kata hera dengan ekspresi senang dengan mata berkaca-kaca.
Mei membalik dan berniat pergi. 'mengapa aku seperti ini ? Apa salah hera? Mengapa aku harus seegois ini? Apa ini karna....' ucap mei dalam hati.
Mei menggelengkan kepalanya dan berbalik memeluk hera dengan erat dengan mata berkaca-kaca juga.
"terima kasih"ucap mei dan kemudian tersenyum.
Hera mengangguk.
"maaff...."kata mei terbata-bata dengan airmata yg mengalir.

Hari ini berakhir dengan indah, mei merasa bahagia karna ia bisa lulus dengan nilai yg sempurna.
"andai mama ada di sini bersamaku"kata mei sambil menghela nafas panjang dan mengambil tasnya.

"bisa pergi denganku?"
"hah?"


tanpa menunggu jawaban yonggi lagi mei langsung menarik yonggi.
"bisakah kita pergi naik sepeda itu saja?"
"apa? Ada apa denganmu?apa kau sakit?"kata yonggi sambil memastikan apa badan mei panas.
Mei malah menyingkirkan tangan yonggi dari kepalanya.
"apa kau pikir aku gila? Ayo cepat"
yonggi menurut saja dengan permintaan aneh mei.
"kemana mereka?"tanya mei-cilik yang melihat dari kaca restoran.
"mungkin jalan-jalan berdua"
"ah, kenapa mereka tidak mengajakku? Aku akan ikut."
"sudah jangan menganggu mereka!"
"ayah, aku takkan menganggu aku hanya ingin tau apa yg mereka lakukan. Aku penasaran"kata mei dan segera berlari keluar untuk mengambli sepedanya.
"meiiiii....."teriak paman jason tapi mei-cilik tak menghiraukannya.
Mei dan yonggi menyusuri jalan naik sepeda tepatnya jalan menuju sekolah mereka yg selalu mereka lalui bersama. Mei melambaikan tangannya dengan tersenyum manis bahagia dengan sebelah tangannya memeluk pinggang yonggi dengan reflek yonggi memandang tangan mei yang melingkar di pinggangnya dan tersenyum bahagia.
Sesampai di taman dekat sekolah mereka mei langsung berlari dan berputar-putar bahagia sedangkan yonggi hanya tertawa bodoh melihat tingkah mei yang semakin aneh.
'kau tau ini pertama kalinya kau tersenyum sebahagia itu padaku dan ada yg aneh di sini'kata yonggi sambil memegang dadanya.
Mei duduk dimana ia sering menunggu yonggi jika pulang sekolah.
Mei melambaikan tangannya terhadap yonggi yang sedang berjalan menuju bangku tempat mei duduk dengan manis.
Yonggi duduk di sampingnya. Mei memberi yonggi sebelah dari hs-nya pada yonggi.
"kau tau ini adalah lagu kesukaanku"kata mei sambil bernyanyi mengikuti nyanyian yg ia dengarkan bersama yonggi.
"aku suka taman ini, baru kali ini aku merasa musim semi ini begitu indaaaaaah dan terasa sangat hangat"kata mei dan tersenyum lagi.
Yonggi hanya diam memandangi kepolosan mei.
'kau terlihat begitu polos, berbeda dengan mei yg ku kenal beberapa tahun belakangan ini,yg kasar*fb-saat mei melempar sepatu tepat mengenai kepala yonggi*, yg murung, jutek,Bahkan cengeng dan jarang tersenyum*fb-saat mei duduk melamun di teras dan yonggi duduk di sampingnya tapi mei malah tidak menyadarinya, yonggi memeluknya dan mencium keningnya*, bahkan bisa menjadi perhatian*fb-saat yonggi kedinginan mei memeluknya*semuanya begitu berbeda dengan mei yg dulu, bisa kau tetap tersenyum seperti itu padaku'
mereka saling menatap dan tersenyum.
"terlihat seperti sedang berkencan. Apa mereka? Ohhhh tidak"kata mei-cilik dari kejauhan saat melihat yonngi dan mei sambil menggelengkan kepalanya dan mumukul pipinya sendiri.
"ini aneh, benar-benar aneh"kata mei-cilik yg berjalan menuju kursi taman sebelah pohon sambil memegang camera mei. 
Mei-cilik sejak tadi rupanya telah merekam tingkah aneh mereka berdua yg tidak wajar.
"tapi mereka terlihat begitu serasi, aku iri melihatnya ini seperti yg ada di filmfilm romantis yg sering ku tonton"kata mei-cilik sambil melihat ke arah mei dan yonggi.
Mei-cilik tak ingin kehilangan moment mei-cilik kembali mengambil gambar saat mei bersandar di pundak yonggi.
Yonggi sangat menikmati kebersamaannya dengan mei. Sampai-sampai ia terus saja memegangi dadanya karna jantungnya berdetak tak karuan.
'apa kau merasakannya?'tanya yonggi dalam hati.
Setelah merasa cukup lama duduk mereka memutuskan untuk mengelilingi taman dengan berjalan kaki sambil menikmati pemandangan taman.
"karna terlalu lama tidak makan es krim aku sampai lupa rasanya seperti apa?"kata mei ketika melihat penjual es krim.
"apa?"tanya yonggi.
"makan es krim seperti ini sejak takut aku jadi gendut aku sangat jarang makan mie mentah, es krim, coklat. Padahal aku sangat menyukainya"
"benarkah wanita harus seperti itu?"
mei mengangguk.
"cantik itu tidak mudah"kata mei sambil berjalan.
Yonggi terhenti dan membeli es krim.
Mei yg tak sadar terus saja berjalan jauh dan semakin jauh saat berbalik yonggi telah berjalan dengan tangan ada di belakang.
"hah, kenapa kau seperti siput. Begitu lambat!"omel mei.
Yonggi menyerahkan es krim ke mei. Mei menerimanya dengan wajah terkejut.
"makanlah, cuma satu tak akan membuatmu gendut"
mei tersenyum dan melanjutkan berjalan di samping yonggi.
Jari kelingking mei mengait jari kelingking yonggi. Karna merasa tak nyaman yonggi melepaskannya.
"kau tak suka?"tanya mei.
Yonggi diam dan mengambil tangan mei dan memasukkan kesela-sela jarinya dan memasukkan ke dalam kantong jaket yg di gunakannya.
Mei tersenyum ke arah yonggi, wajah yonggi terlihat memerah dan berusaha menyembunyikannya dari mei.
Menjelang sore mereka memutuskan untuk pulang.
Saat dekat pantai mereka turun dari sepeda dan memutuskan untuk berjalan menuju ke rumah.
"ada yg ingin ku bicarakan"ucap yonggi.
"apa?"
mereka berhenti berjalan.
Yonggi menghela nafas panjang dan mulai bertanya.
"apa pernah kau merasakan sesuatu saat bersamaku?"
"apa? Tentu saja..."
yonggi tersenyum puas.
"kadang aku merasa nyaman dan terkadang begitu terasa membosankan!"
senyum yonggi berubah. 
"kau merasa nyaman?"
mei mengangguk. Yonggi tersenyum puas.
"sedikit"
roman wajah yonggi berubah.
"aku sudah menganggapmu teman terbaikku"
"teman?hanya teman"
"ya teman"
"dan waktu..."
"ohhh, tentang semua kejadian itu. Mungkin kekhilafan saja."kata mei tersenyum kecut dan beranjak pergi.
"khilaf?"teriak yonggi.
Mei tak mempedulikannya dan malah berjalan dengan cepat menjauhi yonggi. Yonggi menarik tangan mei.
"bukan masalah berapa kali kita ciuman mungkin itu bisa di katakan kita khilaf tapi yang ada disini*sambil memegang dadanya*ini terasa aneh! Kau tau?"
"sudah lah itu hanya perasaanmu saja"kata mei dan mencoba pergi lagi.
"apa? Semudah itu kau katakan! Ini berbeda ini terlalu menyakitkan buatku! Menyiksa!"
"jika menyiksamu maka lupakanlah, ini juga sulit untukku!"bentak mei dan segera pergi.
Yonggi berteriak frustasi.
"apa artinya ini kau menolakku?"teriak yonggi.
Mei hanya terdiam dan pergi menjauh.


Yonggi hanya berdiam diri dikamarnya dan tak turun untuk makan malam bersama.
Mei masuk kekamarnya untuk membawakan makanan.
"makanlah"
yonggi hanya diam dan menjauhi mei. Mei menghampiri ke dekat jendela tempat yonggi duduk.
"apa kau marah padaku?"
yonggi tetap saja diam.
"apa ini masih sakit?"tanya mei memegang dada yonggi.
"aku tau ini berat, menyukai seseorang yang punya perasaan lain ke orang lain itu memang sulit jadi lupakanlah yang membuatmu sakit"
mei tersenyum ke arah yonggi tapi yonggi sama sekali tak memalingkan wajahnya ke arah mei.
Mei duduk di sebelah yonggi.
"apa kau tak ingin melihatku?"
"baiklah"ucap mei.
Dengan rasa canggung mei untuk pertama kalinya memeluk yonggi duluan.
Yonggi hanya diam.
Mei melepaskan pelukannya dan beranjak dari tempat duduknya.
"maafkan aku..."
saat akan membuka pintu yonggi menarik mei dan balik memeluk mei dengan erat. Mei tersenyum dan membalas pelukan yonggi.
Mei melepaskan pelukannya. Yonggi memegang wajah mei dan mendekati wajahnya saat semakin dekat pintu terbuka.
"kak"terdengar suara mei-cilik.
Dengan buru-buru mei memalingkan wajahnya dan malah terhantuk ke kepala yonggi.
"aduh"katanya sambil memegang kepalanya.
"ahh, benar. Ternyata...."
"apa?"tanya yonggi.
"kalian paca...."
"apa apa apa?tidak mungkin"
"ck, tadi kalian akan..."
"sthhh, itu cumann..."
"hah, jangan berkelak lagi tangan kak yonggi masih ada"kata mei-cilik sambil menunjuk tangan yonggi yg sebelah kiri memeluk mei.
Yonggi sentak melepaskannya. Wajah mei memerah dan segera menghindar masuk kekamarnya.
Dengan sergap yonggi pun mengusir mei-cilik dari kamarnya.
"sudah ketahuan masih saja mau mengelak! Huh dasar"omel mei-cilik dan segera kekamarnya.

*Esok harinya
"ayaaaaah, kak miri tak ada di kamarnya!"
"apa maksudmu mei?"
yonggi yg mendengar segera ke kamarnya dan menemukan surat dan handicam di kasur mei.
'ini pesan terkhirku, aku pamit. Mei'
yonggi memanggil paman dan mei-cilik untuk melihatnya.
Yonggi pun menyambungkan ke TV untuk melihatnya bersama.
Di gambar itu mei duduk dengan manis dan mulai berbicara'paman, mei sebelumnya Aku minta maaf karna pergi begitu saja, aku juga berterima kasih pada paman karna sudah menganggapku sebagai anak, dan adikku tercinta mei. Aku sangat menyayangi mu mei. Terima kasih perhatiannya selama ini. Maaf juga jika aku ini sangat merepotkan paman. Paman aku mencintaimu. Aku takkan pernah melupakanmu. Aku tidak pamit karna aku takut jika aku pamit kepergianku pasti akan batal karna tak rela berpisah dengan kalian. Maaf sekali lagi maaf. Dan terima kasih yang tak terhingga, terima kasih, terima kasih'ucap mei.
"dia selalu seperti itu"ucap paman dengan airmata mengalir.
"kakak jahat bahkan kakak belum memelukku untuk terakhir kalinya"
'aku tau mei pasti sedih, kecewa dan marah karna kakak melanggar janji kakak untuk ada di setiap ulang tahunmu. Maaf kan kakak mama kakak lebih membutuhkan kakak saat ini. Maaf ya mei. Terima kasih juga atas segalanya. Sekali lagi maafkan aku'tambah mei dengan wajah yg mencoba untuk tampak tegar.
Yonggi dengan perasaan kecewa hendak pergi namun langkahnya terhenti.
'yonggii'
yonggi berbalik.
'maafkan aku, dan terima kasih terima terima kasih sebnyakbanyaknya. Terima kasih. Terima kasih. Kau tak perlu mencariku karna saat kau melihat video ini mungkin aku sudah di pesawat. Berjanjilah untuk mendengarkan apa yg kukatakan semalam. Sekali lagi maaf dan terimakasih'
dia akhir video tersebut mei tersenyum.
Saat mereka melihat video itu mei telah ada di bandara dengan sekertaris ayahnya. Mei memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab.
'jangan mencariku lagi aku tak pantas untukmu'kata mei saat menaiki pesawat.
Saat sampai mei langsung menemui ibunya yang ada di ruang baca.
Ibunya duduk dengan memeluk foto mei, wajahnya pucat, kurus dan tak terurus.
"mama"panggil mei.
Ibunya melihat kearah mei dengan ekspresi wajah datar.
"mama"kata mei menitihkan airmatanya melihat keadaan ibunya.
Mei kemudian memeluk ibunya dengan erat.
"mei, mei"
mei hanya menangis.
"iya ma, ini mei."
"mei"
mei mengangguk.
Mamanya memegangi wajah mei dan menitihkan airmata saat itu pula ibunya memeluk mei begitu erat.
"maafkan mama"
mei terus saja menangis.
Mereka pun melepaskan rindu dengan berpelukan.

*sebulan kemudian kesehatan ibu mei mulai membaik sejak kedatangan mei.
Mei sedang mencoba beberapa gaun cantik di sebuah butik langganan ibu mei. Ibu mei duduk di kursi rodanya dan menunggu tirai terbuka. Saat terbuka mei berdiri manis tersenyum menggunakan gaun berwarna putih.
"kau begitu cantik mengenakan itu"kata ibu mei.
"benarkah?"
ibu mei mengangguk.
Mei mendekati ibunya dan memeluknya.

Handphone mei berbunyi.
'aku sudah ditaman segera lah kesini'sms rian.
Mei segera mengganti bajunya dan berjalan menuju taman.
Rian telah duduk disana dengan suasana wajah yg tak menyenangkan. Mei duduk di sebelahnya.
"aku tau ini pasti berat untukmu"ucap mei.
Rian terkejut.
"ah, hhhhaa. Mungkin sudah takdirku"
"apa kau bahagia denganku?"tanya mei.
"ya, aku akan berusaha" 
Mei tersenyum.
"bolehkah aku meminjam bahumu sebentar saja"
mei bersandar di bahu rian.
"ini takkan berlangsung lama aku janji , sebentar lagi jadi tunggulah ini akan berakhir . Saat ini aku hanya menyakinkan diriku bahwa rasa itu pernah ada disini"
mei menutup matanya.

*Hari pertunangan mei tak kunjung turun membuat rian cemas.
"pertungan dibatalkan, mei telah membatalkannya"bisik sekertaris ayah mei.
Rian dan ayahnya sangat terkejut dengan keputusan ini. Tiba-tiba rian teringat 'ini takkan berlangsung lama aku janji , sebentar lagi jadi tunggulah ini akan berakhir . Saat ini aku hanya menyakinkan diriku bahwa rasa itu pernah ada disini'
rian segera berlari kebandara.
*flashback sebelum pertunangan.
"ayah, apa aku boleh masuk?"
"masuklah"
"aku ingin menyampaikan tentang permintaanku waktu itu bisa kah aku membatalkannya"
"apa? Apa kau sudah gila?"
"ya ayah aku sudah gila aku sudah dibodohi oleh perasaan egoisku. Aku merebutnya miliknya lagi milik sahabatku. Aku tak ingin keegoisan ibu meninggalkan paman jason demi untuk memiliki ayah dan karna itu semua ayah meninggalkan orang yang paling ayah cintai serta anak ayah sendiri, aku tak mau kejadian dulu terulang lagi yg jika aku tetap pada pendirianku untuk melanjutkan pertunanganku itu akan membuat sakit luar biasa pada hidupku aku akan hidup dalam kesendirian sepanjang hidupku, aku sudah memikirkan semuanyaaaa jadi aku mohon ayah bersedia membatalkannya. Aku tak ingin apa yg ayah rasakan dulu terjadi pada rian, aku takkan membiarkannya terjadi lagi. Besok aku akan ke newyork dengan mama. Izinkan aku membawanya bersamaku. Aku akan belajar dan memulai hidupku yg baru bersama mama. Apa ayah mengizinkan? Mungkin ini adalah permintaan pertama dan terakhir mei ayah"
ayah mei terharu dengan ucapan mei dan mulai mengingat posisinya dulu saat di paksa menikah dengan ibu mei.ayah mei pun mengizinkannya.
Sebelum meninggalkan ruangan mei membalik.
"bolehkah aku memeluk ayah untuk pertama kalinya?itu pun kalau ayah mengizinkan"
ayahnya lalu menghampirinya dan memeluk mei.
"kau sudah begitu dewasa sikapmu pun sekarang lebih bijak , ayah sampai tak mengenalimu tadi"
"benarkah?"kata mei dengan airmata yg jatuh dipipinya.
"jangan menangis, ayah takkan bisa melihat wajahmu yang cantik jika pipimu basah dan matamu bengkak seperti itu"
mei tersenyum.
Saat hendak meninggalkan ruangan mei membalik lagi.
"ayah, Ku mohon jangan membenci paman jason dia tidak menghianati ayah seperti yang ayah pikirkan ia hanya berusaha merawatnya dan menganggap anaknya sendiri. Ayah tau satu hal, ia bahkan belum menikahi siapa pun termasuk ibunya ayah"
mei meletakkan fotonya bersama mei-cilik.
"jika punya waktu kunjungi la dia, dia sangat manis bahkan aku pernah merasa kesal mengapa ia memiliki wajah semanis itu. Itu satu-satunya fotoku bersamanya ku rasa ayah lebih membutuhkannya daripada aku"
saat mei membuka pintu.
"siapa namanya?"tanya ayahnya mei.
Mei tersenyum lagi dan membalikkan badannya.
"namanya mei , mei sama sepertiku" 
Mei meninggalkan ruang kerja ayahnya, ayahnya menangis menyesali semuanya.

*sekarang
Mei mendorong ibunya yg ada di kursi roda. Sementara rian terus saja berlari menuju bandara.
Dengan nafas tak teratur rian terus berlari mencari sahabatnya itu.
"meiiiiiii"teriak rian.
Karna mendengar suara rian mei terhenti saat memasuki ruang tunggu airport.
Dengan nafas terengah-engah rian menuju mei, tapi mei malah meninggalkan begitu saja.
Rian di halang masuk oleh satpam, dengan sekuat tenaga rian berusaha masuk dan memeluk mei.
"terima kasih, maaf mei"
mei tersenyum menahan tangis. Ia melepaskan pelukan rian dan meninggalkan rian.
"mei maafkan aku"
tanpa suara sedikit pun mei melambaikan tangannya dan memasang kacamatanya karna tak ingin terlihat bahwa ia sedang menahan tangisnya.
"ini memang sulit"kata ibu mei.
Mei mengangguk.

Mei menjalani hidupnya di newyork dengan membuka sebuah perpustakaan umum untuk anak-anak yg suka membaca. Selain itu mei juga bersekolah di universitas ternama disana.
Selain itu mei pun bekerja penulis di sebuah perusahaan ternama.
Saat wisuda jurusan manajemen ayahnya datang.
"kenapa hanya berdiri disitu? Apa kau tak ingin memeluk ayahmu ini? Apa sekarang kau punya ayah lain?"ucap ayah mei yang berdiri tak jauh dari mei.

Mei membuka topinya dan memberikannya pada ibunya.
"ayah..apa ayah tidak sibuk? Mengapa datang?mei kan sudah bilang jika ayah sibuk jangan datang mei takkan marah"
"apa kau tak suka jika ayah datang?"
mei tertawa.
"apa ayah bercanda?"mei tertawa.
Mei memanggil ibunya. Mei merangkul ibunya dan ayahnya dan berjalan bersama-sama.
Saat perjalanan pulang ayah mei bertanya bagaimana bisa mei kuliah dengan 2 jurusan sekaligus.
"karena aku ingin masuk jurusan yang diinginkan ibu dan juga ayah. Sejak ibu sakit aku banyak membaca buku tentang kesehatan jiwa dan dari situ aku tertarik dengan jurusan itu sedangkan manajemen ayah yang meminta itu waktu aku kecil, ayah bilang mei kau harus menjadi seperti ayah. Apa sekarang aku sudah sehebat ayah?"
ayah mei menggelengkan kepalanya.
"apa? Apa aku harus mengambil satu jurusan lagi agar bisa mengalahkan kehebatan ayahku ini?"
ayah dan ibu mei bahkan sekertaris ayahnya pun tertawa.
"sekertaris apa kau merasa aku belum sehebat ayahku?ayo jawablah dengan jujur aku takkan memakanmu"tanya mei.
"nona sudah sangat hebat, aku bahkan melihat nona seperti tuan waktu muda"
"benarkah?"kata mei.
Mereka tertawa bersama.
Setibanya di rumah.
"apa ini rumahmu?"
mei mengangguk dan mempersilahkan ayahnya masuk. Mei menjelaskan pekerjaannya beberapa tahun ini.
"Setelah lulus apa kau akan pulang dengan ayah?"
"entahlah, kurasa aku akan tinggal beberapa tahun lagi"ucap mei sambil meminum tehnya sembari ibunya memasak di dapur.
"bagaimana kesehatan ibumu?"
"kurasa ia jauh lebih baik, apa ayah sudah menemuinya?"
ayah mei terdiam.
"apa sekarang dia sudah remaja?apa dia masuk sekolah yg dia inginkan?"
ayahnya hanya diam.
"apa ayah belum menemuinya? Ayah"
mei menghembuskan nafasnya dalam-dalam.


Sekertaris ayah mei meletakkan kotak besar.
"ini dari mei, dia bilang cepatlah pulang dia merindukanmu"
"apa ayah membawanya pulang?"
ayahnya menggelengkan kepalanya.
"Setiap ulang tahunnya ayah akan mengunjunginya"
"itu lebih baik"
"kotak itu ia berikan saat ulang tahunnya yang ke 17 meski sudah beberapa tahun yang lalu tapi ayah harap kau tak memberitahunya karna jika ia tau dia akan marah lagi kepada ayah"
"dia masih tak berubah"
ibu mei menghampiri mereka dan berkata bahwa makanan telah siap.
Mereka makan bersama untuk merayakan kesuksesan mei dalam menempuh sarjana tingkat 2nya.
Mei sangat bangga memamerkan kehebatannya kepada ayahnya karna berhasil lulus S2 dengan 2 jurusan sekaligus hanya dalam waktu 6 tahun, 2 tahun lebih cepat dari biasanya.
"apa aku boleh mengambil gelar masterku?"tanya mei kepada ayahnya.
"apa kau tak memikirkan yang lainnya? Kau sudah hampir 25 tahun tapi kau belum mengenalkan satu orangpun pada ayah"
"ayah.."
"ayah dan ibumu sudah cukup tua, sebelum ayah dan ibumu pergi ayah sangat berharap kau sudah bersama seseorang yang..."
"ayah pernah bilang jika itu memang jodohmu ia akan tetap jodohmu, aku masih menunggu jodoh itu"
"setidaknya kau ada usaha untuk mencari seseorang"
"entahlah ayah. Itu masih terlalu sulit"
"kalau begitu pulanglah dengan ayah, jika kau tak ingin mencari jodoh itu. Tetaplah menunggunya karna suatu saat nanti dia pasti akan datang. Bagaimana jika kau bekerja dengan ayah saja?"
"benarkah?"
mei menyetujui dan memilih bekerja dengan ayahnya. Ia memulainya dari bawah tanpa memberitahu identitasnya sebagai anak presiden direktur dan mantan menteri di negaranya.
Ia memulai karirnya bekerja dari pegawai biasa dan karna perjuangannya dalam setahun  jabatannya naik menjadi manajer marketing di perusahaan ayahnya.
"nona sangat hebat salam waktu singkat mampu menggapai jabatan setinggi itu"
"sekertaris kau memujiku begitu berlebihan"ucap mei.
Mei berpamitan.
"pesawatnya sudah akan lepas landas aku harus segera masuk terima kasih atas bimbingannya selama ini. Dan aku menitipkan ayahku serta ibuku"ucap mei dan pergi.
"semoga perjalanan nona menyenangkan dan di tempat kerja di perusahaan cabang nona bisa di terima dengan baik"
mei mengangguk.
Setelah tiba di bandara mei memasang kacamata hitamnya, ia pun melepaskan ikat rambutnya dan mengibaskan rambutnya sembari berjalan. Di bandara ia menjadi pusat perhatian karna trend fashion yg di gunakan mei itu sangat berkelas bahkan bisa di sejajarkan dengan artis hollywood.
"benar-benar sangat cantik"komentar salah seseorang.
Mei hanya berjalan dan mengingat sesuatu 'kau punya senyum yg manis lalu untuk apa senyummu itu ada jika tersenyum kepada orang saja kau tak mau, bukankah itu sama saja tidak menyadari apa yg Tuhan berikan' karna mengingat hal itu mei pun tersenyum. 
"aku masih mengingatnya?"
mei menghela nafas panjang dan melanjutkan berjalan menuju apartemennya.
Sesampainya mei berdiri di depan sebuah no.kamar 216 dan teringat sesuatu *flashback
"jika aku punya banyak uang aku akan membeli kamar pada apartemen itu"
"apa?"kata yonggi yang duduk disampingnya.
"karna dekat dengan taman ini, aku akan membeli kamar no.216 kau tau kenapa? Karna itu tanggal ulang tahunku. Aku berharap jika orang datang ke apartemenku aku akan memberitahu bahwa no kamarku adalah tanggal ulang tahunku, dan setiap ia datang ia akan mengingat hari ulang tahunku"kata mei dengan polosnya sambil bersandar dipundak yonggi.

*sekarang
"sayangnya kau sudah ada yang memiliki"
mei lagi-lagi menghela nafasnya dan mengangkat kopernya memasuki kamarnya.
"217?cuma beda satu angka saja, tak apalah"
saatnya mengunjungi tetangga kamarnya. Mei membawakan makanan sebagai tanda perkenalan.
Mei mengetuk pintu kamar impiannya itu, seorang gadis manis membuka pintu.
"oh, ada yang bisa ku bantu?"
"aku tinggal di sebelah kamar ini, aku hanya ingin memperkenalkan diri saja"
gadis itu tampak melihat kekanan dan kekiri lorong apartemen.
"cepatlah masuk"kata gadis itu menarik tangan mei.
"silahkan duduk"
"apa nona tinggal sendiri?"
"kau terlalu formal jangan memanggilku seperti itu panggil saja aku,... Bagaimana kalau miri saja"
'miri?itu namaku dulu'ucap mei dalam hati.
"panggil saja aku mei"
"mei?"
mei mengangguk.
"apa di foto itu suamimu?"
gadis itu menganggukkan kepalanya.
"apa aku terlalu muda untuk menikah?"
"tentu saja, aku pikir kau hanya..."
"sudahlah itu sudah biasa bagiku"
"tunggu sebentar aku akan mengambilkanmu air"
"maaf telah merepotkan"
karna bosan mei mendekati foto gadis itu dan suaminya.
"yonggi"
mei kembali melihatnya lebih dekat.
'itu kau'



Tidak ada komentar:

Posting Komentar